top of page
  • Fayi Raihan Saleh

Seri Lokakarya Pengembangan Kampung Berkelanjutan: Berbagi Pengalaman Kampung Iklim & Kampung Hijau

Menjelang akhir Seri Lokakarya Pengembangan Kampung Berkelanjutan, Muliantara mengundang dua narasumber untuk berbagi terkait pembangunan kampung. Kedua narasumber ini akan berbagi mengenai Kampung Iklim dan Kampung Hijau.


Kampung Iklim – Dayat Hidayat (Kampung Cisarua, Desa CIpeuteuy, Kec. Kabandungan, Kab. Sukabumi, Jawa Barat)



Kampung Cisarua berada di Kawasan Koridor Halimun Salak dan merupakan penyangga Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Pada tahun 2004 dibentuk Jaringan Masyarakat Koridor (Jarmaskor). Dengan dukungan Chevron dan KEHATI melalui program Green Corridor Initiatiave (GCI), masyarakat secara masif melakukan restorasi seluas 230ha, yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Cisarua, Cipicung, dan Garehong.


Masyarakat yang melakukan restorasi mendapat pemberdayaan ekonomi melalui kegiatan pertanian terpadu yang memadukan pertanian dan peternakan. Mencari alternatif ekonomi agar tidak merambah hutan, karena masyarakat terbiasa masuk ke hutan untuk mencari kayu.

Kegiatan pemberdayaan untuk masyarakat, mendirikan wadah ekonomi masyarakat yang tergabung dalam koperasi jarmaskor dengan jumlah anggota 500 orang dengan asset 500 juta. Pertama menghimpun iuran, melakukan kegiatan-kegiatan yang terkait dengan restorasi hutan koridor, karena berada di kawasan taman nasional diupayakan menyediakan bibit yang merupakan tanaman asli. Tahapan bisnis yang dilakukan dimulai dari anakan pohon diambil dari hutan -> Masyarakat memindahkan dan memelihara bibit -> Masyarakat menjual bibit ke koperasi -> Koperasi membersarkan bibit -> Koperasi menjual bibit pada program GCI. Untuk kegiatan penanaman dan pemeliharaan dilakukan massal oleh masyarakat.


Kegiatan menjadi berkembang, masyarakat memanfaatkan perkarangan untuk menanam sayuran sehingga mereka tidak perlu membeli sayur dari luar. Dengan adanya kelompok ibu-ibu yang tergabung dalam Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), masyarakat dapat saling berbagi/tukar menukar sayuran, jika ada produksi berlebih bisa dijual sehingga ibu-ibu mendapat penghasilan. Sayur mayur yang didapatkan dari hasil tanaman perkarangan lebih sehat, tidak menggunakan pestisida kimia dan menggunakan pupuk organik.


Atas kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Kampung Cipeuteuy tersebut, yang dimana sebagai upaya mengurangi krisis iklim dan merupakan salah satu indikator kampung iklim, Kecamatan Kabandungan mendaftarkan Kampung Cipeuteuy menjadi kampung iklim. Setelah melewati beberapa tahapan seleksi akhirnya Kampung Cipeuteuy mendapat penghargaan kampung iklim dan mendapat dana pembinaan yang dimanfaatkan untuk pengembangan pengelolaan sampah. Kampung Cipeuteuy sendiri memenangkan perhargaan kampung iklim selama tiga tahun berturut-turut. Tindak lanjut dan pengembangan kampung iklim dibangun pusat pembelajaran/learning center diatas lahan 1,7 ha sebagai pusat pembelajaran model integrated farming dan perubahan iklim.


Kampung Hijau - William G Iwanggin (WWF Indonesia)



Kampung Resye dan Kampung Womom, Distrik Tobouw, Kabupaten Tambraw, Papua Barat menjadi model kampung hijau. Kampung Resye yang merupakan kampung induk memiliki 47 KK dan Kampung Womom yang merupakan kampung pengembangan memiliki 17 KK. Kedua kampung tersebut terintegrasi karena kekerabatan antar kampung masih kental, masih 1 garis kepemilikan wilayah.


Potensi dari kedua kampung tersebut dari aspek budaya adalah pangan lokal, pembuatan noken, tanaman obat-obatan (agroforestry), sasi marga dengan target kearah perhutanan sosial, kesepakatan masyarakat, ada sekitar dari setengah wilayah pesisir. Aspek integrasi landcape –seascape adalah pantai penelusuran penyu (Taman Pesisir Jeen Womom) yang terintegrasi dengan wilayah sasi marga yessa, wisata penyu belimbing, wisata panorama pesisir pantai, wisata hutan alam, dan Wisata Minat Khusus di Pesisir Abun (Taman Pesisir Jeen Womom) dengan kegiatan melihat penyu belimbing bertelur, melakukan aktivitas relokasi sarang, pelepasan tukik, dan wisata pengamatan/melihat rusa.


Tahun ini pengembangan kampung hijau fokus di desain tapak wisata dan survey hasil hutan bukan kayu yang potensial. Kampung Resye dan Kampung Womom ke depannya mencoba mengembangkan hasil hutan bukan kayu yang terintegrasi dengan RPJMK dan mendapatkan dukungan dari Pemda sendiri.


Penutup


Setelah acara berbagi pengalaman, peserta diminta menjelaskan rencana tindak lanjut setelah mengikuti seri lokakarya ini. Secara umum, seluruh peserta akan mengimplementasikan materi yang didapatkan dari lokakarya ini untuk membangun kampung berkelanjutan. Dengan demikian, pertemuan ditutup oleh Rini (WWF – Indonesia) yang menyampaikan terima kasih kepada peserta yang telah meluangkan waktunya pada 8 pertemuan dan 1 pertemuan pemantapan. Rini berharap dengan lokakarya ini dapat membantu peserta pada program masing-masing wilayahnya dan seluruh peserta tetap menjalin komunikasi untuk pengembangan program dan berbagi pengalaman.



52 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page