top of page
  • Gambar penulisPemulih Nusantara

Pelatihan Pendekatan Penghidupan Lestari (Sustainable Livelihood Approach)

Pembangunan masyarakat merupakan pemberdayaan individu maupun kelompok masyarakat yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri berdasarkan keterampilan dan sumber daya yang dimiliki sehingga terjadi perubahan penghidupan. Keterlibatan aktif masyarakat sangat diperlukan dalam pembangunan komunitas yang ada di lingkungan mereka. Meski memiliki kemampuan untuk mengembangkan komunitasnya secara mandiri, pendampingan terhadap suatu kelompok masyarakat dapat membantu mendukung masyarakat, seperti melalui keterlibatan fasilitator atau pendamping, praktisi pembangunan masyarakat, akademisi, aktivis LSM, dan profesional lainnya. Dalam hal ini, pendamping masyarakat berperan dalam memfasilitasi proses secara partisipasi sehingga masyarakat akan menjadi termotivasi untuk mengembangkan program-program pembangunan di komunitas mereka. Fasilitator masyarakat paling tidak harus memahami mengenai pembangunan berkelanjutan, pengkajian penghidupan lestari, pengorganisasian masyarakat, penggalian data, penyusunan strategi, pemantauan dan melakukan evaluasi.



Dalam upaya meningkatkan kapasitas fasilitator atau pendamping masyarakat untuk pembangunan yang berkelanjutan, Muliantara mengirimkan perwakilannya yaitu Alyandra Gusman, Fayi Raihan Saleh, dan Megatrikania Kendali sebagai peserta pada Pelatihan Pendekatan Penghidupan Lestari (Sustainable Livelihood Approach/SLA) di Malang, Jawa Timur. Pelatihan SLA ini diselenggarakan pada bulan Agustus 2019-Februari 2020 oleh Yayasan DIAL (Drive Innovation & Alternative Livelihood) dan East Java Ecotourism Forum dengan rangkaian acara yang terdiri dari 5 Seri Kegiatan.


Seri 1: Pengkajian Penghidupan Lestari

Seri 1 diselenggarakan pada tanggal 29-31 Agustus 2019. Pada seri ini peserta dikenalkan mengenai konsep Penghidupan Lestari (Sustainable Livelihood) dalam kaitannya dengan pembangunan. Pengkajian ini merupakan salah satu alat untuk menganalisis keadaan suatu wilayah atau desa berdasarkan lima modal penghidupan lestari:

(1) sumber daya alam,

(2) kemampuan sumber daya manusia,

(3) modal sosial,

(4) modal fisik atau ketersediaan sarana prasarana, dan

(5) pendanaan atau kemampuan pembiayaan.

Selain pembekalan materi di kelas, seluruh peserta dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mendiskusikan apa saja variabel dan indikator dari masing-masing modal penghidupan yang menggambarkan kondisi suatu wilayah.



Seri 2: Menggali data dan informasi

Seri 2 membahas mengenai pengumpulan dan analisis data desa. Seri ini dilaksanakan pada 24-26 Oktober 2019. Para peserta dipersilahkan melakukan praktik mengumpulkan data desa secara partisipatif bersama masyarakat. Pendekatan partisipatif ini penting dilakukan dalam proses penggalian data untuk menumbuhkan rasa kepemilikan masyarakat terhadap data yang dikumulkan, selain juga untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan kondisi wilayahnya sendiri. Saat pengumpulan data, peserta dibagi kelompok berdasarkan alat pengumpul data yang digunakan, antara lain sketsa desa, transek, kalender musim, diagram harian, dan sebagainya. Setelah data terkumpul, peserta diberikan tugas menganalisis data yang telah terkumpul dengan membuat pentagon lima modal. Gambar pentagon ini akan menunjukan kesenjangan antara data aktual dengan data ideal pada masing-masing modal penghidupan, yang kemudian didefiniskan sebagai masalah. Selanjutnya peserta diminta memilih salah satu masalah dari satu modal penghidupan untuk dianalisis akar masalahnya dengan membuat pohon masalah.



Seri 3: Analisis data dan menyusun strategi

Seri ke-3 diselenggarakan pada tanggal 12-14 Desember 2019. Pada seri ini peserta diminta membawa data profil lokasi proyek berdasarkan apa yang telah diajarkan pada dua seri sebelumnya. Seperti pada seri 2, peserta memilih salah satu masalah untuk ditentukan akar masalahnya. Selanjutnya, peserta menentukan alternatif penyelesaian masalah berdasarkan akar masalah. Setelah itu, peserta berlatih untuk menyusun strategi dari alternatif penyelesaian masalah tersebut dengan menggunakan Logical Framework Analysis (LFA). LFA merupakan sebuah alat untuk menyusun rencana suatu proyek yang didalamnya terdapat target utama, tujuan, output/hasil, rincian kegiatan, input/masukan, indikator proyek, mean of verification atau pembuktian, dan resiko yang mungkin akan terjadi saat proyek berlangsung. Di akhir latihan, peserta diberikan tugas untuk menyusun term of reference (TOR) salah satu kegiatan berdasarkan LFA yang telah dibuat.



Seri 4 dan 5: Monitoring, Evaluasi, dan Learning, serta Refleksi Fasilitator

Seri terakhir diselenggarakan pada tanggal 20-23 Februari 2020 dengan muatan gabungan antara seri 4 (monitoring, evaluasi, dan learning), dengan seri 5 (refleksi fasilitator). Masih kelanjutan dari seri 3, berdasarkan TOR kegiatan yang telah disusun, peserta menentukan apa saja yang perlu dilakukan pengawasan atau monitoring. Peserta kemudian melakukan simulasi apabila kegiatan telah terlaksana, dimana peserta harus memperkirakan penilaian dan pembelajaran apa yang didapatkan setelah kegiatan tersebut telah terlaksana. Di sesi terakhir peserta melakukan refleksi dari keseluruhan seri pelatihan SLA. Pada sesi ini peserta juga mendiskusikan hal-hal yang harus diperhatikan saat menjadi fasilitator, etika dan kewajiban seorang pendamping masyarakat, bagaimana melakukan entry point ke dalam suatu komunitas masyarakat, dan hal-hal lain terkait peran fasilitator masayarakat.



Dengan mengikuti penuh seri pelatihan ini, diharapkan pengalaman dan pengetahuan yang didapat Muliantara dapat integrasikan untuk pengembangan program Kampung Berkelanjutan (Sustainable Village). Proses dimulai dengan pengumpulan data Kampung secara partisipatif terhadap lima modal penghidupan (Alam, Manusia, Sosial, Fisik, dan Dana) sebagai database Kampung yang kemudian dapat menjadi dasar penyusunan rencana pembangunan kampung sekaligus menjadi baseline untuk pengukuran perubahan.

136 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page